“Berbagi Cerita dan Rasa di Hari Raya”: Momen Belajar Penuh Makna dalam Nuansa Syawal di SLBN Tasikmalaya

Minal Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.

Syawal selalu membawa kehangatan yang tak hanya terasa di hati, tetapi juga menyentuh ruang-ruang pembelajaran di sekolah. Tahun ini, semangat Lebaran dihidupkan melalui sebuah kegiatan bertajuk “Berbagi Cerita dan Rasa di Hari Raya”, sebuah bentuk pembelajaran bermakna yang memadukan nilai budaya, sosial, emosional, dan spiritual dalam satu momen kebersamaan.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan antusiasme luar biasa dari seluruh warga sekolah. Suasana pagi dimulai dengan senam ceria “Anak Indonesia Hebat”—sebuah simbol bahwa tubuh yang sehat adalah awal dari semangat belajar yang kuat. Tawa anak-anak, gerakan energik mereka, serta iringan musik penuh semangat membuka hari dengan nuansa positif yang langsung menyebar ke seluruh area sekolah.

Setelah itu, anak-anak diajak mengikuti sesi berbagi cerita Ramadhan dan Lebaran paling mengesankan. Di sinilah ruang hati terbuka. Satu per satu siswa maju ke depan, berbagi pengalaman yang membekas selama bulan puasa dan perayaan Lebaran.

Ada yang mengenang saat pertama kalinya menahan lapar seharian penuh, ada pula yang menceritakan suasana pulang kampung, berbuka bersama keluarga besar, hingga rasa haru saat bersalaman dengan orang tua di pagi Hari Raya.

Tak sedikit pula anak-anak yang menceritakan Lebaran tanpa kakek-nenek yang telah tiada, membuat suasana reflektif dan penuh empati. Dalam sesi ini, anak-anak belajar menyampaikan perasaan, membangun keberanian, dan menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.

Setelah sesi cerita, kegiatan dilanjutkan dengan yang paling dinanti: berbagi dan menikmati makanan khas Lebaran bersama. Anak-anak telah membawa dari rumah satu jenis makanan khas Lebaran, mulai dari aneka kue kaleng, aneka keripik, kerupuk, manisan, kue nastar, putri salju hingga stick keju. Makanan-makanan ini ditata dengan rapi dan menggoda di atas meja, menciptakan suasana seperti “pesta mini” di sekolah.

Yang membanggakan, anak-anak diajak belajar mengantri dan memilih makanan secara mandiri. Mereka berjalan tertib, menahan diri, dan dengan sopan mengambil makanan yang mereka inginkan.

Setelah anak-anak selesai, giliran orang tua dan guru turut menikmati sajian. Terlihat jelas kehangatan dan keakraban dalam obrolan santai, tawa lepas, dan canda di antara orang tua, guru, dan anak-anak. Sekolah pun seakan berubah menjadi rumah besar yang dipenuhi cinta dan kebersamaan.

Sesi refleksi dan doa bersama menjadi penutup yang menyentuh hati. Anak-anak diajak merenung, mengucap syukur, dan memanjatkan harapan baik. Ada harapan agar selalu menjadi anak yang saleh dan salihah, bersyukur atas nikmat Allah, serta terus menebar kebaikan di mana pun berada.

Manfaat Kegiatan: Lebih dari Sekadar Perayaan

Bagi siswa, kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Mereka tidak hanya belajar tentang budaya dan tradisi, tetapi juga keterampilan sosial seperti berkomunikasi, mengantri, menghargai perbedaan, dan berbagi. Anak-anak juga dilatih untuk lebih percaya diri menyampaikan cerita serta lebih peka terhadap pengalaman teman-temannya.

Bagi orang tua, kegiatan ini membuka ruang interaksi yang lebih dalam dengan sekolah. Mereka bisa melihat langsung perkembangan sosial-emosional anak, membangun komunikasi yang lebih kuat dengan guru, dan turut berpartisipasi dalam suasana sekolah yang penuh nilai positif. Terlihat pula kebanggaan dan rasa haru saat melihat anak-anak mereka tampil di depan dan berbaur hangat dengan teman-temannya.

Bagi guru, kegiatan ini menjadi momen penting untuk membangun kedekatan emosional dengan siswa dan orang tua. Guru bisa melihat sisi lain dari murid-muridnya: keberanian yang mulai tumbuh, kepedulian yang muncul, dan semangat berbagi yang patut diapresiasi. Dari sini, guru juga bisa memetakan pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna.

Kegiatan “Berbagi Cerita dan Rasa di Hari Raya” bukan hanya tentang makanan atau perayaan, tetapi tentang menanamkan nilai-nilai kehidupan yang mungkin tidak tertulis dalam buku pelajaran, namun sangat dibutuhkan dalam membentuk pribadi anak-anak yang utuh—cerdas, peduli, dan berakhlak mulia.

Semoga semangat ini terus tumbuh dan menjadi bagian dari budaya sekolah yang membahagiakan. Karena sejatinya, pendidikan terbaik adalah yang mengajarkan cinta, kebersamaan, dan makna—dan semua itu telah terjadi hari ini, dalam pelukan Syawal yang hangat.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top