
Tasikmalaya, 24 Januari 2025 – Aula Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Tasikmalaya dihadiri oleh Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) yang mengikuti diseminasi pendidikan Microcredential bertajuk “Mengajar dan Mendukung Pembelajaran Peserta Didik dengan Spektrum Autisme”. Acara ini merupakan tindak lanjut dari keikutsertaan dalam pendidikan beasiswa microcredential yang merupakan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dengan Monash University Australia.
Kegiatan ini membahas secara mendalam karakteristik beragam, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi anak-anak dengan spektrum autisme. Peserta diajak untuk memahami bahwa perilaku anak merupakan bentuk komunikasi yang memiliki makna. Setiap perilaku tidak muncul begitu saja, melainkan dipelajari oleh anak sebagai respons terhadap lingkungannya. Hal ini menjadi dasar penting dalam mendukung perkembangan mereka secara efektif.
Para peserta juga dilatih untuk mengidentifikasi berbagai perilaku menantang yang sering ditemukan di kelas, seperti tantrum, agresi, atau perilaku menarik diri. Ada beragam perilaku yang ditunjukkan siswa. Diskusi interaktif yang mengungkap bahwa memahami makna di balik perilaku ini adalah langkah awal untuk merancang strategi intervensi yang tepat.
Puncak kegiatan diseminasi ini adalah sesi bedah kasus yang menarik perhatian seluruh peserta. Para guru berbagi pengalaman nyata di kelas, termasuk tantangan yang mereka hadapi dalam mengelola perilaku siswa. Berbagai solusi praktis dibahas dan didiskusikan bersama secara interaktif.
Pendekatan ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga membangun kepercayaan diri GTK dalam mengatasi berbagai situasi kompleks di kelas.
Diseminasi ini bukan hanya kegiatan sekali jalan. Dua pertemuan lanjutan telah dijadwalkan, yaitu:
1. Menganalisis Functional Behaviour Assessment (FBA) dan implementasinya. FBA adalah alat penting untuk memahami penyebab perilaku anak dan merancang intervensi yang sesuai.
2. Berbagi praktik baik dari guru-guru yang telah mengimplementasikan strategi intervensi berbasis penggunaan FBA.
Pertemuan lanjutan ini diharapkan menjadi momen transfer pengetahuan yang berkelanjutan, sekaligus mempererat jaringan GTK dalam mengembangkan pendidikan yang inklusif. Kegiatan ditutup dengan
kegiatan post test menggunakan kahoot. Selain penyamaan persepsi, hal ini juga bertujuan untuk berbagi keseruan setelah bersama-sama berdiskusi terkait materi dan implementasi intervensi yang sudah guru lakukan mengajar dan membentuk karakter peserta didiknya.
Bagi GTK SLBN Tasikmalaya, kegiatan ini memberikan bekal ilmu baru yang aplikatif untuk diterapkan di kelas. Pemahaman lebih dalam tentang perilaku anak dengan spektrum autisme memungkinkan mereka menciptakan lingkungan belajar yang lebih adaptif dan inklusif.
Sementara itu, bagi peserta didik, manfaat langsung yang diharapkan adalah intervensi yang lebih tepat sasaran sehingga mereka dapat belajar dengan lebih nyaman dan optimal. Dalam jangka panjang, hal ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian dan kemampuan perilaku sosial dan komunikasi anak dengan autisme.
Tidak berhenti di Komunitas Belajar Berempati, SLBN Tasikmalaya, kegiatan ini juga akan diperluas ke tingkat kota/kabupaten, provinsi, hingga nasional melalui agenda-agenda yang telah direncanakan. Inisiatif ini diharapkan menjadi katalis perubahan dalam pendidikan inklusif di Indonesia, menjadikan setiap anak dengan spektrum autisme mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas.
Dengan semangat kolaborasi dan pembelajaran berkelanjutan, program ini menjadi wujud nyata upaya tindak lanjut atas kesempatan pendidikan non gelar yang diberikan Kemdikbudristek dan Monash University untuk membangun sistem pendidikan yang inklusif, ramah, dan berkeadilan.