Suka Duka Kehidupan di Pesantren

Di sebuah pondok pesantren yang bernama Nurul Hikmah, santri putra dan santri putri sedang melakukan aktivitas seperti biasanya. Ada lima santri putri yang sedang berjalan menuju hutan untuk mencari kayu bakar. Kelima santri itu bernama Nayara, Akila, Yunara, Arin dan Nazwa. Mereka bersahabat sejak mereka masuk ke pondok.

Lima gadis itu terus berjalan ke arah hutan sambil bersholawat. Tak lama kemudian mereka pun sampai di hutan dan langsung mengumpulkan kayu bakarnya. Sedangkan di pondok pesantren, teman-teman mereka yang lainnya sedang mengerjakan pekerjaan lainnya seperti mencuci pakaian, mengepel lantai dan lain-lain.

Singkat cerita lima sekawan ppun telah selesai mengumpulkan kayu bakarnya dan berjalan pulang menuju pondok pesantren. Saat mereka mau keluar dari hutan itu tiba-tiba mereka berpapasan dengan ketiga santri putra yang bernama Alfin, Hanafi, Dan Rendi. Lima gadis itu langsung menundukkan kepala karena merasa sangat malu. Mereka menghentikan langkahnya dan saling menatap satu sama lain.

“Kila, kamu jalan duluan sana!” Perintah Arin.

“Ihh kok Kila sih?” Ucap Akila.

“Itu Nazwa aja!” Ucap aqila lagi.

“Ihh gak mau!” Ucap najwa.

” Udah-udah jangan ribut, biar aku aja yang jalan duluan!” ucap yunara sambil melangkahkan kakinya dan meninggalkan keempat temannya.

“Ehh Yuna tunggu!” ucap Nayara berteriak sambil berlari mengejar Yuna.

“Ihh tungguin kita juga!” ucap mereka bertiga sambil berlari menyusul Yuna Dan Naya.

” Assalamualaikum A’, permisi kami mau lewat!” ucap Yunara menunduk sambil tersenyum manis ke arah mereka bertiga.

“Waalaikumsalam , ohh iya silahkan.” ucap ketiga santri putra sambil membalas senyuman kelima gadis itu. Kemudian mereka pun berjalan melewati ketiga cowok itu sambil menunduk.

Beberapa saat kemudian, kelima gadis itu pun sampai di pondok. Mereka berlima langsung pergi memasak karena mereka sudah merasa lapar. Setelah mereka selesaikan makan dan bersih-bersih, mereka pergi ke mushola untuk sholat dan mengaji bersama santri santri lainnya.

Tanpa disengaja mereka berlima pun bertemu lagi dengan ketiga santri putra itu. Mereka saling menatap dan tersenyum. Kemudian mereka pun saling mengalihkan pandangannya dan pergi ke toilet untuk mengambil air wudhu.

Malam pun tiba, semua santri sedang beristirahat sambil menghafal apa yang telah mereka pelajari hari ini. Beberapa saat kemudian semua santri pun telah selesai menghafal dan telah tertidur lelap . Sedangkan lima sekawan sedang merenung kebingungan memikirkan nasib mereka besok.

Yuna melihat ke arah keempat temannya dan berkata, “Ehh kalian juga belum pada tidur?” ucap Yuna.

“Iya belum nih, kita lagi mikirin nasib kita besok.” ucap Akila.

“Iya mana bahan makanan udah pada habis lagi.”ucap Arin.

“Iya, aku juga sama lagi mikirin itu, emangnya orang tua kalian belum pada ngirim uang?” Ucap Yunara.

“Belum Yun, orang tua aku bilangnya sih lusa.” ucap Nayara.

“Iya, aku juga sama.” ucap Akila Dan Arin berbarengan.

“Lah kok kita bisa samaan kayak gini sih? Tadi orang tuaku juga bilangnya lusa.” ucap Yunara.

“Hemm terus nasib kita gimana ya?”ucap Nazwa.

“Nggak tau nih.” ucap Nayara

“Udah udah sekarang kita tidur aja, nanti besok kita pikirkan lagi.” ucap Akila.

“Iya bener juga apa yang dibilang Aqila, mending kita tidur dulu aja.” ucap Yunarra.

“Ya udah ayo!” ucap Nazwa.

Keesokan harinya, mereka semua bangun pada pukul 02.00 pagi untuk melaksanakan shalat tahajud ngaji dan lain-lain. Setelah itu mereka pun bersih-bersih seperti biasanya. Saat teman-teman mereka sedang memasak makanan. Yunarra, Nayara, Nazwa dan yang lainnya malah pergi keluar untuk mencari udara segar.

Kelima gadis itu duduk di belakang pondok pesantren. Mereka sedang menahan lapar karena dari kemarin sore mereka tidak makan. Kemudian Nazwa mengajak keempat temannya untuk pergi ke taman yang letaknya tidak jauh dari pondok pesantren itu. Mereka duduk di taman itu sambil melihat bunga-bunga yang bermekaran.

Saat mereka sedang asyik menatap pemandangan yang begitu indah, mereka dikagetkan oleh ketiga santri putra yang baru datang. “Assalamualaikum.” Ucap ketiga santri putra.

“Astagfirullah, waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!” ucap kelima gadis itu kaget. Kedatangan ketiga santri putra itu benar-benar mengagetkan kelima gadis itu.

Alfin, Hanafi Dan Rendi yang melihat ekspresi kaget dari wajah kelima gadis itu sambil mengelus dada malah tertawa kecil karena menurut mereka ekspresi wajah kelima gadis itu benar-benar lucu. “Kkalian berlima sedang apa di sini?” Ucap alfin.

“Enggak, kami cuma lagi jalan-jalan aja kok, soalnya pemandangan di sini benar-benar bagus!” Ucap Nazwa.

“Ya udah a’ kami duluan ya, Assalamualaikum!” Ucap Yunarra.

“Iya Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh!” jawab ketiga santri putra. Kemudian kelima gadis itu pun pergi.

Sore harinya lima sekawan sedang duduk di kamar, sedangkan yang lainnya sedang menyiapkan makanan untuk mereka makan. Beberapa saat kemudian santri santri putri datang ke kamar dan berkata, “Yunarra,Arin, Nazwa, Nayara, akila ayo kita makan Bersama.” ajak santri santri itu.

“Enggak kalian duluan aja lagian kami nggak lapar kok!” ucap mereka berlima.

“Ayo dong!” Ucap salah satu santri putri itu, mereka semua menarik tangan Arin, Yunarra, Nayara, akila Dan Nazwa lalu membawa mereka duduk di tempat makan.

“Ayo makan dong, kalian gak usah malu, kan kita semua teman!” Ucap mereka semua. Lima sekawan hanya terdiam dan menatap kepada semuanya.

“Kita semua teman kalian kan!” Ucap salah satu dari para santri putri. Lima sekawan menganggukan kepala dan tersenyum ke arah semua temannya.

“Maafin kami semua ya Yun, Rin, Kila, Nazwa, Naya. Kami semua belum bisa menjadi teman terbaik buat kalian, karena di saat kalian sedang kelaparan kami semua tidak ada yang mengetahui kondisi kalian. Sekali lagi kami semua benar-benar minta maaf ya!” Ucap mereka semua sambil meneteskan air mata.

Sontak semua yang ada di ruangan itu ikut meneteskan air mata. “Iya gak papa kok, udah kalian jangan pada minta maaf karena bagi kami berlima kalian semua sudah menjadi teman terbaik kami!” Ucap lima sekawan. Mereka semua saling memeluk dan membuat para ustadz dan ustadzah yang melihat mereka menangis haru karena bangga sama sikap para santrinya.

Beberapa saat kemudian mereka melepas pelukannya dan kembali melanjutkan makannya. Setelah mereka selesai makan dan membereskan semuanya para santri putri pun berbincang-bincang.  Tertawa Bersama dan terlihat dari ekspresi wajah mereka, merasa sangat bahagia.

Hidup di pondok pesantren memang keras tetapi itu bisa memberi banyak pelajaran buat kita dan bisa mengajarkan kita tentang kerasnya kehidupan, kedisiplinan, perjuangan, kebersamaan dan pengorbanan. Di pondok pesantren santri putra dan santri putri bukan hanya mendapat banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat tetapi mereka juga mendapat banyak pelajaran tentang berbagai macam hal. Walau kehidupan di pondok pesantren itu sederhana tetapi di pondok pesantren mereka merasa sangat tenang, damai, dan tentram.

Yunarra, Akila, Nayara, Nazwa, Ndan Arin merasa sangat bersyukur karena bisa tinggal di pondok pesantren. Walaupun harus menjalani kehidupan yang begitu keras tapi mereka benar-benar bahagia bisa tinggal di pondok pesantren. Meskipun jauh dari keluarga tetapi di pondok pesantren mereka juga tidak kekurangan kasih saying. Dan seperti itulah suka duka kehidupan di pondok pesantren.

Judul Suka duka kehidupan di pesantren

Karya: Maesaroh

Diedit Kembali oleh: Ainun

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top